HARAPANMEDIA.COM, JAKARTA – Harga beras kina hari terus melonjak. Bahkan harga beras premium kini sudah menembus Rp18 ribu per kilogram. Harga ini menjadi tertinggi sepanjang sejarah dan berimbas kepada penjual nasi di sejumlah tempat.
“Beras medium memang masih ada yang Rp 13 ribu, ada Rp 14 ribu, ada juga yang jual 15 ribu. Tetapi akumulasinya sekitar Rp 14 ribu. Kalau premium, lokal, itu di atas Rp16 ribu, Rp17 ribu. Ada yang jual Rp18 ribu. Rata-rata (beras premium) kalau diakumulasi Rp16 ribu sampai Rp 17 ribu per kilo,” kata Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Abdullah Mansuri di Jakarta, Sabtu (24/2/2024).
BACA JUGA:Â 12 Ribu PNS Giliran Pertama Pindah ke IKN, Kloter Awal Dapat Tunjangan Pionir
Mansuri menyebut harga beras premium di level Rp 18 ribu ini menjadi harga tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Menurutnya, belum pernah harga beras di Indonesia mencapai level tersebut.
“Ini (harga beras premium) tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Belum pernah terjadi dalam sejarah harga beras Rp 18 ribu, belum pernah. Harga beras itu Rp8 ribu, Rp9 ribu, tertinggi Rp10 ribu,” tambahnya.
Tak hanya harga yang melonjak, para pedagang kini juga kesulitan mendapatkan stok beras premium karena belum adanya panen, sehingga pasokan di penggilingan juga minim.
“Nyari barangnya (beras) sulit karena memang nggak ada. Dari penggilingan nggak ada, dari pabrik lokal nggak ada. Harganya juga sudah tinggi,” jelasnya.
Mansuri khawatir karena terlambatnya masa panen ini akan mengerek harga beras lebih tinggi lagi. Apalagi, sudah menjelang Ramadan yang biasanya permintaan sangat tinggi.
BACA JUGA:Â KPK Selidiki Dugaan Korupsi Tambang Ekspor 5,3 Juta Ton Bijih Nikel Ilegal ke China
“Bukan ada potensi lagi, sangat berpotensi ramadan ini kita bisa mengalami persoalan beras yang kedua. Karena apa? Karena kita akan panen raya mundur, paling April, bahkan bisa setelahnya,” tuturnya.
Melonjaknya harga beras tak hanya dirasakan pedagang pasar, tapi juga berdampak ke tingkat konsumen seperti pedagang makanan maupun konsumen rumah tangga.
Annisa, penjual warung nasi di Palmerah, Jakarta Barat mengaku ikut terimbas naiknya harga beras. Ia mengaku keuntungannya makin berkurang karena harga beras terus melonjak ditambah kenaikan komoditas pangan lainnya.


